Suatu malam di tambak udang

Makan udang galah? Mauuuu!!…jawabku langsung saat ditanya suami suatu sore. Ia mengajakku hadir dalam jamuan makan malam di resto Tambak Udang yang terkenal di Ketapang. Udang sebesar kepalan tangan langsung terbayang-bayang di mata. “Nyam… its so nyummy, so delicious,” kataku dengan mata berbinar.
Menu ala udang, seperti shabu-shabu memang favorite-ku. Agak mahal, makanya kalau ada kesempatan makan gratis, asal halal sumbernya, hayoh hajar ajah…. Kamis Pukul 19.30, setelah mandi aku dan suami bergegas menuju lokasi pesta.

Naik Ferozza, perjalanan ditempuh sekitar 20 menit. Dalam perjalanan kami tertawa-tawa membayangkan dan menghitung berapa udang galah yang mampu kami makan nanti. Maklum, demi udang galah ini, pernah aku dan Ronny harus menempuh perjalanan hingga kota pelabuhan yang jaraknya 92 kilometer dari Ketapang.
Waktu itu kami menginap di Sukadana, 80 km dari Ketapang. Usai berjalan-jalan ke Pantai Pulau Datok dan Pantai Pasir Putih, perut terasa sangat lapar. Kami sepakat menu makan siang yang cocok adalah udang galah.
Di Sukadana, tak satupun resto yang menyiapkan menu ini. Kami memutuskan ke Kecamatan Teluk Melano, 12 kilometer dari Sukadana, menuju sebuah restoran yang menyajikan menu udang galah segar. Perjalanan satu jam itu tak membuahkan hasil. Resto dekat pelabuhan dan pasar itu sudah kehabisan menu udang. Maklum hari sudah agak siang. Balik ke Sukadana, kami makan siang di tempat biasa, berkemas dan kembali ke Ketapang dengan sepeda motor. Lelah tapi mengasyikkan.
Asyik mengenang perjalanan berburu udang galah segar, kami tiba di lokasi. Resto Tambak Udang. Restoran yang hanya dikunjungi orang-orang berduit untuk sekadar memanjakan lidah dengan sajian fresh langsung dari tambak.
12 orang tampak sudah menyelesaikan hidangan di depannya. Mereka menyambut kami dengan celetukan, “Wah kalau pengantin baru selalu datangnya lama,” kata Dicky.. Aku dan Ronny cuma tertawa.
Kami duduk di ujung meja panjang. Tak lama pelayan membawakan aneka menu udang galah segar. Ada yang dibakar dengan saos mentega, udang goreng tepung juga asam pedas ikan gabus dan kakap. Semua berukuran jumbo dengan porsi besar.
Beberapa kawan mendekat. Mereka sudah makan dan beristirahat sekitar setengah jam, tapi masih ingin mencoba me’ratah’ menu gurih ini. Melihat makanan banyak begini aku jadi ingat dua kawanku, wartawanb baru biro daerah yang ngekos di Ketapang. Iin dan Rozi. Aku kontak, mereka ternyata pada sudah makan nasi goreng. Ya sudahlah, lain kali deh ya kawan, aku traktir….blom rezeki he he he

Share