Mengapa Kisah Venus Saya Hapus?

Tulisan ini untuk menjawab pertanyaan beberapa kawan yang ingin tahu nasib Venus dalam fiksi ‘Lelaki yang menyerah pada cinta’….

Satu hal, saya memandang tulisan ini sangat menarik untuk dilanjutkan dalam bentuk buku. Fiksi ini akan saya rampungkan dalam waktu 3 bulan.

Cerita Venus akan menjadi jawaban atas semua yang menimpa perempuan urban ini.
Gambaran keterjajahan seorang perempuan atas perilaku penuh nafsu dari seorang laki-laki yang tak jera mengejar-ngejarnya meski sudah diperingatkan.

Orang egois yang menuruti nafsu birahi dengan ancaman-ancamannya. Orang ini selalu merasa perempuan tersebut mencintainya. Bahkan si lelaki menganggap apa yang ia terima sebagai perlakuan baik karena takut ancamannya, adalah bentuk cinta murni di perempuan. Benar-benar psiko gila perempuan.

Kalaulah tak takut akan ancaman dan perilaku buruk si lelaki, sang perempuan tak akan tunduk. Bahkan ia telah menyiapkan pisau dapur di meja TV nya untuk merobek-robek usus si lelaki. Pisau ini adalah simbol perlawanan Venus yang tak terungkap dan tak pernah diakui si Lelaki yang merasa sangat dicintai itu. Sampai akhirnya Venus memberitahu semua yang menimpanya, kepada orang yang ia percaya.

Yang tidak bisa diterima oleh perempuan itu kini adalah, bagaimana perilaku ini bisa dilindungi dan dibela tanpa saknsi apapun? Padahal satu korban juga telah mengalami ini sebelumnya. Kisah korban lain bernama Jingga akan tertuang dalam suatu adegan flash back, bagaimana Jingga direngkuh lantas ditinggalkan.

Rekan-rekan yang baik, kisah Venus tidak akan saya hapus dari komputer saya, ia hanya saya hapus dari tampilan blog saya. Sebab selain ingin dibukukan, saya tidak mau blog saya jadi tontonan untuk dibanding-bandingkan dengan blog lain yang mutunya ‘kacangan’ karena isinya hanya soal cinta dan cinta.. he he hehe …Saya berharap rekan-rekan yang menanti kelanjutannya bisa bersabar beberapa bulan lagi,

Pada yang tersindir dengan tulisan yang murni fiksi ini, maaf deeehh…lantas ada yang minta dibuat obyektif, agaknya si peminta ini merasa ia lah lelaki itu, …agaknya ia juga harus sadar bahwa yang namanya fiksi tentu bebas sesuai dengan apa yang dirasakan pengarangnya. Kecuali diary, yang isinya harus obyektif sesuai kejadian sebenarnya, bukan menonjolkan satu fakta lantas menenggelamkan fakta lain.

Soal Venus, yang ia alami adalah apa yang menimpanya. Sikap pasrah dan menerima dari sisi perempuan sebenarnya adalah ketakutan yang sangat untuk menerima akibat dari penolakan dan kemarahan lelaki hidung belang itu..so, sabar aja membaca lanjutannya..

Setidaknya kisah Venus ini berguna bagi para perempuan lajang atau bukan, dengan gaya hidup urban yang menjadi incaran para ‘penjahat kelamin’ yang bergentayangan di kota-kota besar…..bukan bermaksud menakut2i, tapi lebih baik waspada, karena hidup amat keras, rite?

Share