PENTINGKAN segmentasi menengah atas, karena mereka adalah target market kita.
Kalimat ini seakan menjadi doktrin yang membuatku seketika pusing dan berkunang-kunang. Tiba-tiba ada yang menusuk di ulu hati yang membuat aku mual dan ingin mengeluarkan cairan dalam lambungku. Akhirnya aku ke WC dan muntah sungguhan.
Bukannya anti dengan konsep pemasaran, mau gak mau media sudah harus memikirkan bisnis yang juga nantinya akan mempengaruhi sejahtera or tidaknya ia. Berikut para karyawannya. Cuma, muak aja jika ada diskriminasi kelas dalam masyarakat. Masyarakat mana sih yang sebenarnya mau dilayani dan disuarakan?
Jika media sudah kurang peduli dan sensitif dengan orang-orang menengah bawah ini, ke mana lagi mereka hendak mengadu???Jika kritik terhadap berita tadi kemudian akan memunculkan sikap antipati wartawan untuk meliput berita bertema ‘kelangkaan pupuk bersubsidi’ misalnya, karena hanya akan jadi bagian kecil dalam halaman Bisnis, karena ‘mainannya’ hanya kalangan petani belaka, walau impact nya ya buat orang-orang kota juga yang susah makan beras (eh..nasi) kalau petani susah produksi. Uhhhh…betapa berdosanya si pencetus kritik tadi. Apalagi kalau wartawan yang mendengarnya menelan mentah-mentah begitu saja, tanpa mencerna apalagi kritis untuk menidakkannya. Lantas, ke mana lagi petani mengadu? sebab media adalah corong bagi wong cilik (pinjam bahasa penjajah) menyuarakan aspirasinya.