Target Pertumbuhan Ekonomi Kalbar di Tahun 2007 Tidak Tercapai

Safitri Rayuni
Borneo Tribune, Pontianak

Pencapaian target pertumbuhan ekonomi (PE) Kalbar di tahun 2007 sebesar 6,21 persen memang banyak diragukan oleh banyak kalangan. Terbukti, hingga penghujung tahun ini angka pertumbuhan ekonomi kita belum beranjak dari kisaran 5 persen.
Pesimisme yang dilontarkan tersebut agaknya bukan tidak beralasan. Sebab sejauh ini aktivitas ekonomi yang menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi Kalbar hanya berasal dari belanja pemerintah.

Anggota DPRD Kalbar, Rosliyan Ramli Saleh menilai ada banyak factor yang menjadi kendala pencapaian target tersebut. Pertama, lambannya pelaksanaan APBD Kalbar. Kelambanan ini berpengaruh karena dalam kondisi belanja pemerintah sebagai pilar pertumbuhan, maka kegiatan pembangunan pemerintahan harus dilaksanakan secara disiplin dan tepat waktu.
Teori yang baku dalam pertumbuhan ekonomi bisa dipakai untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi adalah rumus Y = C + I + G. Dimana Y menunjukkan angka pertumbuhan, C menunjukkan belanja konsumsi rumah tangga, I menunjukkan investasi dan G belanja pemerintah atau Government.
“Untuk investasi jelas nilainya sangat minim saat ini, nyaris tidak ada. Bagaimana investasi bisa masuk kalau infrastruktur dasar tidak tersedia. Listrik kita baru tahun 2010 nanti bisa lancar, belum lagi infrastruktur lainnya,” katanya.
Berangkat dari fakta ini, Rosliyan mengaku pesimis target pertumbuhan ekonomi Kalbar dapat tercapai di akhir periode nanti. Secara matematis ia menghitung bahwa triwulan pertama pertumbuhan ekonomi 5, 35 persen, triwulan kedua 5, 41.
“Diakumulasikan keduanya jadi 10, 76. Untuk mencapai angka 24, 85, persen masih kurang 14, 09 persen lagi. Mungkinkan dua triwulan ini pertumbuhan bisa dicapai angka 7 persen,” kata Rosliyan setengah bertanya.
Mencermati publikasi dari Badan Pusat Statistik dalam beberapa kali rilisnya, gerak laju pertumbuhan ekonomi Kalbar memang lamban. Untuk mencapai target yang telah dipatok di awal tahun tersebut saat ini rasanya amat muskil.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Secara teori, ia menyebut dengan pertumbuhan ekonomi yang baik akan membuka lowongan pekerjaan. Apalagi dengan dukungan sektor riil yang menggeliat, maka roda perekonomian suatu daerah akan terdongkrak. Namun jika angka pertumbuhan ekonomi rendah, pengangguran akan meningkat, di ujungnya kemiskinan menjadi muara akhir.
Meski demikian, tercatat hingga 19 Desember 2007, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kalimantan Barat (Kalbar) melalui pajak-pajak sektor kendaraan bermotor hingga 19 Desember 2007 telah melewati target dari Rp 342 miliar menjadi Rp 355 miliar.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kalbar, Darwin Muhammad, mengaku sempat pesimis target tersebut terpenuhi, karena kondisi cuaca sepanjang tahun 2007 yang tidak menentu. “Kemarau panjang, banjir dan cuaca buruk yang kerap terjadi dikhawatirkan mengganggu ekonomi masyarakat tetapi untungnya tidak terbukti,” kata Darwin.
Kegembiraan serupa juga dialami Pemkot Pontianak. Sejak triwulan pertama tahun 2007 pajak Kota Pontianak telah menunjukkan angka menggembirakan, mencapai angka Rp 10 miliar.
Selain itu, pembangunan Kota Pontianak di mata nasional dinilai berhasil. Terbukti dengan dipilihnya Kota Pontianak sebagai penyelenggara Indonesia City Expo (ICE) 2007, Indonesian Product Expo 2007, Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) 2007, juga Asosiasi Dewan Kota Seluruh Indonesia (Adeksi) 2007.
Bukti lain, capaian pajak yang dihimpun Dispenda kota Pontianak pada tahun 2006 lalu mencapai 102 persen atau senilai Rp 30,2 miliar.
Untuk triwulan pertama (Januari hingga April-ed) tahun 2007 saja, pendapatan asli daerah (PAD) yang terhimpun dari sektor pajak telah mencapai Rp 10 miliar atau sekitar 33,47 persen.
“Berdasarkan angka tersebut, maka realisasi penerimaan pajak daerah telah mencapai target yang telah ditetapkan,” ungkap Kepala Dispenda kota Pontianak Suharni Riduan. (dari berbagai sumber)

Share