Pemkot Prioritaskan 500 Ribu Jiwa Penduduk
Safitri Rayuni
Pontianak, equator- Pakar epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Dr Wayan Teguh Wibawa menyampaikan presentasi di acara seminar flu burung di Aula Dinkes Kalbar kemarin Oleh : Safitri Rayuni-,- Pakar epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Dr Wayan Teguh Wibawa dalam paparannya saat seminar pencegahan Flu Burung di Aula Dinkes Provinsi Kalbar, Rabu (5/4) kemarin menyatakan bahwa burung walet adalah burung liar yang potensial menyebarkan virus H5N1 atau virus flu burung.
Hasil penelitian Wayan, walet di Kampung Bangka Belitung, Sumatera secara serologis telah positif mengandung virus mematikan ini. “Dari sampel yang kita teliti selama lima jam di laboratorium IPB, terdapat virus H5N1 di dalam sampel kotoran burung walet di Bangka Belitung, walet juga memiliki antibodi terhadap virus ini,” katanya.
Walet termasuk burung liar yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Kotoran walet juga sering jatuh di atap-atap gedung dan rumah, bagi penduduk yang mengkonsumsi air hujan, tidak ada jaminan air yang tercemar kotoran burung ini tidak akan terminum.
Penelitian terakhir pada 2005 di Kalbar dilakukan Wayan di Kota Pontianak, Landak, Kabupaten Pontianak, dan Singkawang Kalbar masih aman dari H5N1. Untuk tahun ini, belum ada penelitian lanjutan untuk mendeteksi adanya wabah ini di Kalbar.
Wakil Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, SH, M.Hum mengatakan bahwa Pemkot Pontianak beberapa waktu lalu sudah melarang adanya penangkaran walet di tengah-tengah Kota Pontianak. Namun langkah ini urung karena ada keinginan legislatif membuat payung hukum yang melindungi usaha ini.
Pemkot menurutnya telah berkali-kali mengingatkan bahwa walet dapat mempermudah penyebaran virus flu burung ke manusia, namun bukti tersebut tidak dipercayai forum sidang.
“Seharusnya kita berpikiran jangan hanya untuk kepentingan beberapa orang saja maka kita membiarkan kepentingan masyarakat banyak. Yang menangkar walet di perkotaan hanya 32 orang saja kan,” katanya. Ia mengimbau agar lebih memprioritaskan 500 ribu jiwa penduduk kota Pontianak ketimbang puluhan orang yang membuka usaha walet.
“Apakah demi 32 orang ini lalu kita membiarkan masyarakat Pontianak hidup dalam rasa ketakutan terhadap penyebaran flu burung?” tanyanya.”Saya mengimbau penangkar walet untuk memindahkan lokasinya, dan jika semakin membahayakan warga kota maka kita ambil tindakan tegas untuk mencari usaha lain yang lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat,” tandasnya. Dalam seminar ini hadir pula tiga pakar lainnya, Dr Midom dari Pusat Kajian Trophical Deseases, dr Hariyadi selaku Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2BB) dan dr Sadikin, pakar H5N1, di RS Solianti Saroso, rumah sakit rujukan Flu Burung se-Indonesia. *